Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa dalam Usaha

Posted by Diposkan oleh QUANTUM INFESTA On Rabu, Maret 17, 2010

Mohon maaf bagi sahabat saya yang mungkin kurang berkenan dengan judul diatas apabila berbau SARA, terus terang saya angkat topi dan salut kepada sahabat2 saya dari warga Tionghoa yang banyak sukses dalam membuka usaha.  Sebagai sesama bangsa Indonesia, warga Tionghoa paling berperan penting dalam sektor perekonomian…coba lihat bisnis2 dan toko2 yang besar dan sukses mayoritas pemiliknya adalah warga Tionghoa.  Sebenarnya apa sih kiat sukses mereka agar menjadi pengusaha yang sukses?
Saya pernah lama bekerja bersama sahabat saya yang warga Tionghoa, mereka mempunyai kemampuan berbisnis yang sangat hebat.  Pelanggan mereka semakin hari semakin bertambah dan tentunya pelanggannya dari semua kalangan.  Saya sudah dua kali ikut andil dalam sebuah usaha yang dirintis dari nol dan kini menjadi besar, dan saya bangga bisa menjadi orang yang ikut membesarkan usaha sahabat saya tersebut.  Anehnya ketika saya membuka usaha sendiri sangat susah sekali membangunnya dan kadang ada yang gagal.
Teman2 kuliah saya kebanyakan adalah dari warga Tionghoa yang kini mayoritas semua membuka usaha, ada juga yang kerja di perusahaan dan kantor namun mereka tidak sesukses yang membuka usaha sendiri.  Saya sangat salut dengan pola fikir mereka yang mengedepankan tindakan dibandingkan dengan omongan.  Yang menjadi acuan mereka adalah target yang harus dicapai untuk meraih keuntungan.
1. Memiliki Modal Besar dan Tidak takut Mengeluarkan Modal untuk Membuka Usaha
Bagi kalangan umum atau warga non Tionghoa (sekali lagi maaf saya nulisnya banyak berbau SARA), mereka terkendala dalam membuka usaha karena modal yang sedikit.  Namun ada pula yang punya uang tetapi takut untuk mengeluarkan banyak modal untuk membuka usaha.  Dengan kata lain ingin membuka usaha dengan modal sedikit tetapi hasil selangit.. Saya tekankan itu mungkin tetapi agak sulit dan perlu kegigihan yang luar biasa.
Mereka berani membeli barang dalam jumlah besar, karena semakin banyak barang yang dibeli maka harga akan semakin murah dan bahkan bisa menjadi grosir ataupun agen.  Nah setelah itu para pedagang lain kebanyakan mengambil pada mereka yang sudah menjadi agen atau grosir.
Warga Tionghoa memiliki kekuatan di modal, kebanyakan mereka mendapatkan modal dari Ayah atau keluarga sendiri… adapula yang dimodalkan oleh orang lain yang percaya kepadanya.    Sedikit sekali dari mereka yang menggunakan pinjaman dari bank atau koperasi, kebanyakan mereka merintis dari kecil hingga besar.  Tetapi ini faktor yang tidak mutlak, adapula yang berawal dari modal kecil yang akhirnya menjadi besar ataupun bertahan.  Seperti warung pak Toke didepan rumah mertua saya, luasnya kecil dan sempit tetapi mampu bertahan dan menghidupi keluarganya bahkan punya banyak motor.
2. Bersungguh-sungguh dalam Membuka Usaha dan Melaksanakannya
Banyak dari kita yang kurang bersungguh2 dalam berusaha, misalnya baru jatuh sedikit udah tutup dan kurang bersungguh2 dalam melaksanakannya..misalnya tidak melakukan promosi, tidak menjalin relasi, dan suka bersaing melalui harga.  Warga Tionghoa paling peduli dengan pelanggannya sehingga mereka mengutamakan kualitas dan pelayanan.  Masyarakat kita pada umumnya lebih percaya bila nasib mereka akan berubah bila kerja di kantoran atau pemerintahan, jadi terkadang mereka membuka usaha sambil nunggu lowongan kerja.  Wajar saja bila orang2 yang behasil kebanyakan dari mereka adalah orang2 yang benar2 serius dan benar2 menggantungkan dirinya pada usaha itu.  Contoh lain seperti warung nasi padang, pecel lele lamongan, warung rujak, coto makasar, mamang bakso dan lainnya yang serius dalam membuka usahanya sehingga mereka berhasil meskipun banyak saingan.
3.  Menjaga Pelanggan
Pelanggan adalah raja, ya betul ini kata yang tepat… maksudnya disini adalah memberikan pelayanan yang baik seperti memberikan kualitas barang yang baik, tidak menipu pelanggan, pelayanan yang memuaskan, dan satu yang terutama kepercayaan.  Bila pelanggan percaya, maka biar ada toko lain yang lebih murah ia tetap tidak bergeming dan tetap setia pada toko langganannya.
Bila ada barang yang bekas katakan itu bekas, meskipun masih terlihat baru… saya waktu itu salut dengan sahabat saya yang menurunkan harga suatu laptop yang dikembalikan oleh seorang pelanggan yang kurang bertanggung jawab karena sudah membeli tetapi dikembalikan dengan tanpa alasan.  Meskipun demikian sahabat saya tetap saja mengambil laptop tersebut, dan tetap memberikan pelayanannya pada pelanggan itu.  Herannya dia menjual kembali laptop tersebut dengan harga yang murah, padahal Cuma dipakai dua hari dan tidak ada cacat apapun, hanya saja mungkin CD dan buku manualnya sudah dibuka dari bungkusnya.
Tidak rugi? Tanyaku, lalu ia menjawab “ini kan sudah bekas dipake orang… tetap aja barang bekas, ya mau gimana lagi kalo rugi?” dan laptop itu pun laku dipelanggan lainnya, dan pelanggan itu pun semakin percaya akan pelayanannya sehingga selalu datang.  Jangan menutupi cacat suatu produk, kalo jelek bilang jelek dan jangan ditutupi.  Mereka juga tidak melupakan pelanggan lama, artinya jangan mentang2 sudah besar dan ramai…pelanggan lama dilupakan.
4. Menjalin Relasi dan Kerjasama
Mereka mengerti betul bahwa kompetitor adalah kebutuhan, semakin banyak pesaing maka akan tercipta pasar yang stabil.  Mereka juga saling bekerja sama dalam berdagang, misal di tokonya tidak ada barang A namun ada yang mau membeli barang itu.. ia pun segera pergi ke toko rekannya dan membeli barang A tersebut dan menjualkannya pada pelanggannya. Artinya tidak ada barang yang tidak ada, bila toko A kosong di suplai oleh toko B begitu sebaliknya.  Nanti pada saat akhir bulan barulah sama2 menagih nota dari barang tersebut.
Mereka juga bekerjasama dengan kantor2 sehingga mereka memiliki pelanggan yang tetap dan rutin, meskipun pelanggan sepi tetapi saat ada proyek mereka akan kebanjiran.  Dan terkadang mereka bekerjasama dengan toko lain untuk memenuhi proyek tersebut.
5.  Manajemen Keuangan yang Baik
Mereka menyusun dan mengatur keuangan dengan baik, tidak asal dapat untung… ada pembukuannya dan ada hitung laba ruginya.  Mereka tidak mencampuradukkan keperluan sehari2 dengan kas di toko, dan tentunya menabung di Bank atau berinvestasi di Bank juga dilakukan untuk menjaga keuangannya.
6. Diversifikasi Usaha
Artinya tidak mengandalkan satu cabang usaha saja, mereka membuka usaha apa saja selama masih ada prospeknya.  Seperti misalnya Rental VCD DVD yang dibuka oleh sahabat saya, tidak hanya menyewakan tetapi ia juga menjual film dan lagu2 yang agak langka dipasaran..selain itu ia juga menjalin kerjasama dengan penjual eceran dipinggir jalan sehingga pelanggannya menjadi banyak.  Saya salut, saking tekunnya beliau bisa menyekolahkan anak, punya mobil bagus dan terlihat makmur padahal penyewaannya tidak begitu ramai..ternyata diversifikasi inilah yang membuatnya tetap bertahan.
7. Mempekerjakan Pegawai Yang Terbaik
Para pengusaha Tionghoa sanggup merogoh kocek lebih dalam untuk mengupah karyawannya, kebanyakan dari mereka tidak takut untuk mengupah lebih besar untuk mendapatkan karyawan yang terbaik.  Coba bayangkan saya dan teman saya bekerja di Toko Komputer milik sahabat saya, dan kami berdua adalah sarjana komputer dan beberapa anak buah lainnya adalah mahasiswa teknik yang sedang kuliah.  Kalau pengusaha lain biasanya mempekerjakan orang yang hanya bermodalkan pengalaman saja, atau bahkan asal bisa kerja.
Saya sebagai pegawainya saat itu harus menunjukkan kualitas saya, gak mungkin saya bergelar sarjana tetapi kinerjanya sama dengan orang biasa.  Tanpa saya sadari saya bekerja dengan tekun dan fokus pada target, akhirnya siapa yang untung? Tentu saja sahabat saya sang pemilik Toko.. nah tentunya hal ini dapat menjadi contoh bahwa bila ingin hasil yang baik maka harus memperhatikan kualitas dan kinerja karyawan yang baik pula.
8. Membangun Kepercayaan
Ini adalah hal terpenting, warga Tionghoa selalu berusaha dengan bermodalkan kepercayaan… dengan adanya kepercayaan maka akan terbangun loyalitas.  Pak Alim investor toko teman saya pertama kali membuka toko tempat saya bekerja dengan bermodalkan kepercayaan kepada sahabat saya, padahal bukan keluarga atau anak.   Saya sering dipercaya untuk mengurus banyak proyek bahkan menagih utang yang jumlahnya ratusan juta rupiah.
Saya pun terkaget begitu pak Alim juga menawarkan rukonya untuk dibangun usaha, padahal saya bukan warga Tionghoa tetapi ternyata ia punya naluri kepercayaan yang tinggi terhadap saya.  Namun saya masih ragu karena takut mengecewakan, yah mungkin itulah kelemahannya masyarakat umum seperti kita yang tidak berani dalam berusaha dengan serius.
Begitulah beberapa rahasia yang saya ketahui dari pengusaha Tionghoa dalam menjalankan bisnisnya, mungkin masih banyak rahasia lainnya yang tidak saya ketahui.  Namun saya rasa tidak semua pengusaha Tionghoa yang sukses, adapula yang kerap gagal dalam usahanya.. tetapi mayoritas mereka adalah pedagang yang luar biasa.  Mungkin bakat keturunan atau apa itu saya tidak tahu.. namun kenyataan yang sering saya lihat mereka tetap bertahan dalam kondisi apapun.  Kita harus banyak belajar terutama keseriusan dalam berusaha, jangan berharap sukses bila anda masih berfikir peluang usaha lain disaat sedang membangun satu usaha atau membuka usaha hanya untuk suka2 maka dijamin tidak berapa lama usaha anda akan runtuh.


by teakinv

0 komentar

Posting Komentar

Anda punya komentar tentang posting ini