Quantum Infesta

Posted by Diposkan oleh QUANTUM INFESTA On Selasa, Maret 16, 2010



Quantum Infesta adalah salah satu badan usaha yang sangat menyadari betapa pentingnya alam bagi kehidupan manusia, walaupun Quantum Infesta semula bergerak dibidang teknologi dan pendidikan tetapi tak lupa pula mencari solusi agar bisa tetap melestarikan alam sambil mencoba meraih untung dengan pola kemitraan, meskipun harus kami akui bukan kami satu-satunya perusahaan yang punya kesadaran akan kelestarian alam ini, tetapi setidaknya kami telah mencoba berbuat sesuatu untuk alam ini.

Mari Kita Lihat Dari Berbagai Sisi
Dari sisi ekonomi keuntungan dari hasil penjualan kayu jati ini sangat mengiurkan selain keuntungan yang besar juga bisa disebut berjangka panjang yang tentunya dengan hasil yang ratusan kali lipat dan yang paling penting aman.
Secara ekologis Selama dalam masa pemeliharaan sampai dengan panen dapat berfungsi sebagai reboisasi yang dapat mencegah erosi, banjir, tanah longsor, dan meningkatkan resapan air ke dalam tanah, serta mengurangi polusi udara. Memperbaiki iklim mikro disekitarnya.
Sosiologis Menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar kebun. Membuka kemungkinan kerjasama dalam bentuk tumpangsari. juga menyediakan jasa layanan dalam pengembangan Agroforestry sebagai suatu Investasi

Mari kita lihat beberapa keunggulan Jati BIOteak :


Dalam 1 hektar tanah yang ditanam sekitar 1000 batang bibit jati Bioteak, diperkirakan satu pohon Jati Bioteak berumur minimal 7 tahun bisa menghasilkan 0.38 kubik dan harga satu  kubik nya sekitar Rp 6 juta rupiah, sedangkan untuk 1 kubik kayu dibutuhkan 3 batang pohon jati Bioteak, jadi untuk 1000 bibit Jati Bioteak bisa menghasilkan +/- 380 kubik kayu Jati Bioteak. 
Dapat anda bayangkan 1 bibit Jati Bioteak seharga Rp 15.000,00 dalam tujuh tahun  saja dapat menghasilkan Rp 2.280.000,00 . apa lagi jika kita menananam 2000 pohon  jati Bioteak tentunya hasilnya 2 kali lipat sekitar Rp.4,56 milyar, dan ini hanya merupakan perhitungan kasar tahun 2009 kemarin. dan  berdasarkan data statistik harga kayu jati per tahun selalu naik sekita 12 s/d 15 % alias tidak pernah mengalami penurunan. 
Tetapi seandainya kita pakai perhitungan pesimispun misalnya dalam penanaman 1 hektar tanah yang berisi 1000 batang bibit, dihitung 1000 pohon jati Bioteak umur 10 tahun menghasilkan +/-0.38 kubik dan seandainya per kubiknya menghasilkan minimal hanya Rp 3 juta rupiah saja,  dan per 3 batang pohon jati Bioteak menghasilkan 1 kubik maka dari 1000 bibit Jati jati Bioteak akan  menghasilkan +/- 380 kubik , dapat anda bayangkan dari 1000 bibit Jati Bioteak yang harga per batangnya hanya Rp 15.000,00 dalam 10 tahun masih dapat menghasilkan Rp 1.140.000,0,-, bagai mana cukup menarik bukan..?.


Jati BIO  selanjutnya dibaca jati BIOteak sejak masih benih, sudah mempunyai batang yang besar tapi meiliki daun yang relatip kecil, keuntungannya setelah besar akan tumbuh dengan batang yang besar dan tegak lurus, karna saat pertama ditanam batang yang besar mampu menahan agar pohon jati tersebut tetap berdiri tegak dan kokoh walaupun di siram air hujan yang deras, selain itu daun nyapun berukuran kecil sehingga mengurangi terpaan angin.


Berikut kami posting hasil analisa keuntungan infestasi jati menurut PT Jaty Arthamas :


Analisa Keuntungan Kebun Jati
Per 1 Hektar (Catatan : bila investor memiliki lahan sendiri) Analisa Usaha Tani ini disusun berdasarkan asumsi-sumsi sebagai berikut:
* Luas tanah minimal 1 ha
* Jarak tanam 3 x 2,5 m
* Jumlah pohon per hektar 1333 pohon
* Periode produksi 7 s/d 15 tahun
* Volume/ Diameter produksi 1 pohon pada usia :
07-08 tahun = 0,2198 m3 Rp. 3.000.000,- 10 s/d 12 tahun = 0,4945 m3 Rp. 5.000.000,-
15 tahun = 1,0048 m3 Rp. 8.000.000,- Pengeluaran
1. Biaya pembelian bibit @ 20.000,- Rp. 26.650.000,-
2. Pengolahan lahan, pembuatan lubang dan penanaman Rp. 22.500.000,-
3. Pemupukan selama 3 bulan @ Rp. 28.000,- x 1.333 bibit Rp. 37.324.000,-
Total pengeluaran biaya Rp. 86.474.000,-
JUMLAH KEUNTUNGAN BRUTTO
7-8 TAHUN 439,160,400 X 100% = 3297% = 33X 13,320,000
10-12 TAHUN 823,342,500 X 100% = 12,362 % = 123 X 6,660,000
15 TAHUN 2,676,787,200 X 100% = 40,192% = 401 X 6,660,000
(Catatan : Keuntungan Brutto diatas harus dipotong 10% untuk biaya-biaya pemeliharaan) berdasarkan statistik selama 25 tahun terakhir harga pohon jati meningkat 2 x lipat setiap 5 tahun. Asumsi harga dan pertumbuhan tertera diatas dapat meningkat/menurun + 25% tergantung pergerakan pasar - kondisi tanah tertanam dan perawatannya.


Perbedaan Jati Bio dengan Jati lain :

Jati Bioteak si usia 2 bulan

Jati Lain Umur 2 Bulan
Perbandingan Jati Bio dengan Jati lainnya pada umur yang sama


Tumpang Sari Jati dgn Padi Gogo
(Usia panen 3 bulan, 1 ha menghasilkan 6 ton padi)

Jati Bio usia 9 bulan





Kebun Jati Bio Usia 1,2 tahun






LUBANG TANAM
  • Panjang dan lebar lubang minimal 50 cm
  • Dalam minimal 50 cm
  • Diamkan lubang selama minimal 2 minggu untuk menghilangkan gas dan hawa yang mengandung racun atau bahan aktif lainnya yang sifatnya tidak baik. 


    Jarak tanam
    • Pola Monokultur 2 x 2,5 m (1 ha akan terisi 2000 pohon)
    • Pola Monokultur 2,5 x 2,5 m (1 ha akan terisi 1600 pohon)
    • Pola Tumpang Sari 10 x 4 m (1 ha akan terisi 250 pohon)










    Pengelolaan Kebun


    Pupuk dasar
    • Pupuk Kandang sebanyak 5 s/d 10 kg
    • NPK 150 gram
    • Dolomit 100 gram
    • Furadan (insektisida) 50 gram
    1. Campur semua bahan dan aduk bersama tanah bekas galian, setelah tercampur masukkan dalam lobang tanam.
    2. Beri jarak antara akar muda dengan pupuk, dengan menambah tanah sisa galian diatas pupuk, akar muda tidak boleh bersentuhan langsung dengan pupuk.
    3. Lobang tanaman yang telah terisi pupuk dasar didiamkan selama 2 minggu, guna menghindari pengaruh negatif dari tanah dan pupuk
    4. Setelah 2 minggu, bibit jati ditanam.
    5. Karena lobang tanam lebih dalam daripada ukuran bibit, maka bagian bawah lobang ditimbun dengan tanah sekelilingnya.
    6. Pada awal penanaman, jati membutuhkan unsur hara dan air yang tersedia dalam jumlah yang cukup. Untuk mencegah kekurangan air, pada bulan 1 s/d 3, WAJIB setiap hari disiram.
    7. Pemupukan dilakukan tiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, dan setiap 6 bulanan selama 1 tahun berikutnya.
    8. Pemupukan ini dilakukan untuk menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jati selama pertumbuhan.





    FASILITAS PRODUKSI
    Betapa pentingnya pengadaan sumber bibit dalam pengembangan bidang Agroforestry, telah membuat kami berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan fasilitas dan sarana (laboratorium dan nursery pendukung) dalam rangka memproduksi berbagai jenis bibit tanaman kehutanan, perkebunan, dan pertanian. Proses pembibitan dilakukan dengan menerapkan teknik kultur jaringan tanaman dan micro cutting untuk menjamin hasil kwalitas bibit yang maksimal dan dengan mengembangkan sitem klon yang kami tlah berhasil memproduksi bibit yang terbaik.












    Hutan Kita
    Indonesia saat ini merupakan negara dengan laju kerusakan hutan (deforestasi) yang tercepat di dunia (Guinness Book of World Records – April 2007). Indonesia dinilai bertanggung jawab atas menciutnya kapasitas paru-paru dunia dan juga dituduh sebagai negara yang membiarkan berlangsungnya illegal loging dan pembakaran hutan untuk lahan perkebunan. Indonesia bersama Papua Nugini dan Brasil mengalami kerusakan hutan terparah sepanjang kurun 2000-2005. Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, yang nilainya setara dengan hancurnya 300 lapangan bola setiap jam. Hal ini disebabkan oleh karena hutan alam Indonesia secara legal dieksploitasi di bawah kebijakan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Kedua kebijakan ini membuka peluang eksploitasi hutan yang menguntungkan para taipan pemegang konsesi. Sistem HPH dan HTI sangat bertanggung jawab atas percepatan laju deforestasi di Indonesia.
    Departemen Kehutanan mengeluarkan angka deforestasi Indonesia sepanjang tahun 1997-2000 sebesar 2.84 juta hektar per tahun, sedangkan sepanjang tahun 2000-2005 mencapai 1.8 juta hektar per tahun. Menurut Green Peace luas hutan Indonesia pada tahun 1950 berjumlah 162 juta hektar (84%), kemudian menjadi 119 juta hektar (64%) pada tahun 1985, dan terus menurun pada tahun 1997 menjadi 98 juta hektar (50%), hingga kini (2005) tersisa 85 juta hektar (43%). Menurut GreenPeace, dalam separuh abad terakhir Indonesia telah kehilangan separuh dari hutannya, sehingga yang tersisa adalah 55 juta hektar, tetapi Departemen Kehutanan mencatat luas hutan Indonesia 133.57 juta hektar. Dari luas hutan tersebut jumlah hutan Papua yang masih tersisa seluas 40.546.360 hektar. Hutan gambut di Indonesia yang mencapai 22,5 juta hektar dan di Riau menyimpan hampir separuhnya, sebentar lagi sudah tinggal kenangan. Padahal dengan dilakukannya konversi hutan gambut tersebut berakibat dilepaskannya 1.100 juta ton Co2 (Karbondioksida) per tahun ke atmosfir Indonesia, yang menjadi biang keladi “Green House Effect” (Cifor, 2007).
    Revitalisasi Hutan Indonesia
    Kebutuhan pasokan kayu jati di Indonesia 2,5 juta m3/tahun Baru dapat dipenuhi 700.000 m3 (30% nya) Kebutuhan Kayu Jati Dunia baru dapat dipenuhi sekitar 20% (Sumber Data Dikutip dari World Timber Organization dan Departemen Kehutanan, 2004) Penanaman Ulang dengan Kayu Jati membantu program Reboisasi, penghijauan, pencegahan banjir dan longsor. Penebangan dilakukan berkesinambungan dengan Gerakan Penanaman Ulang kembali dan salah satunya seperti yang telah kami lakukan yaitu mengajak para infestor utuk ikut dalam program reboisasi, tapi reboisasi yang ini sudah barang tentu menguntungkan bahkan saling menguntungkan.
    Persyaratan Tumbuh Jati




    Iklim
    • Jati tumbuh dibelahan Bumi 30o LS dan 30o LU
    • Intensitas curah hujan 1200-2500 mm/th dengan 3-5 bulan kering
    • Temperatur 19o C - 35o C
    • Intensitas cahaya 75-100%
    Tanah
    • Berbagai jenis tanah selain gambut
    • Tidak tergenang air
    • Lapisan solum yang dalam
    • Gembur, kaya bahan organik, unsur hara dan Kalsium
    • Ph 5-8
    • Tinggi tempat maksimum 700 m dpl


    NURSERY







    Untuk mendukung proses produksi dari laboratorium telah dipersiapkan nursery dengan luas 3.400 m2, yang terdiri dari:
    • Ruang Aklimatisasi seluas 400 m2, kapasitas 200.000 bibit/bulan
    • Areal Shading seluas 1.000 m2, kapasitas 200.000 bibit
    • Areal terbuka seluas 2.000 m2, kapasitas 400.000 bibit/bulan
    • Fasilitas produksi tersebut dapat ditingkatkan sejalan dengan kebutuhan dan lokasinya dapat disesuaikan dengan konsep satelit nursery
    LABORATORIUM




    Laboratorium kultur jaringan tanaman dibuat sesuai dengan standard untuk menjamin proses secara aseptik yang merupakan persyaratan utama perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan, di area seluas 114 m2 dengan kapasitas produksi mencapai 100.000 – 120.000 planlet/bulan.

    0 komentar

    Posting Komentar

    Anda punya komentar tentang posting ini