Konservasi Hutan Selamatkan "Torn Air"

Posted by Diposkan oleh QUANTUM INFESTA On Rabu, Mei 26, 2010

Oleh : Dudung Koswara (Guru SMAN 1 Kota Sukabumi)
Tanggal : Minggu, 04 April 2010 "YA Tuhan" mengapa jadi begini", itulah ungkapan spontan yang keluar dari  dalam hati penulis ketika mengamati lingkungan ekosistem saat pulang kampung. Waktu kecil penulis dengan ceria bermain dan memanjakan diri bersama teman-teman di sungai yang bersih jernih dan airnya dalam, bahkan terkadang saat menyelam, kami berhadapan membuka mata sambil mengeluarkan gelembung udara dari mulut kami. Kondisi alam pada saat penulis kecil sangat mengasyikan memanjakan eksplorasi bermain bersentuhan dengan harum tanah dan dingin air yang alami. Terdapat beberapa  mata air bermunculan di tengah areal persawahan dan daerah dataran rendah lainnya, terlihat dari atas ikan-ikan berlarian seperti mengajak bermain dan berenang. Hamparan sawah yang hijau dengan air yang mengair deras masih teringat kuat dalam pikiran penulis, sayang semuanya tinggal kenangan karena kini semuanya telah berubah jauh berbeda.

Pengalaman penulis di atas melahirkan romantika alam desa yang kuat sampai saat ini, nostalgia dan kegelisahan ini mendorong penulis berbagi untuk diskursus tentang lingkungan alam dimana kita tinggal. Sebuah kehilangan besar seandainya generasi kita kemudian tidak memahami dan mengenali bagaimana alam "perawan" yang pernah ada di lingkungan hidup kita. Keperawanan alam inilah yang memberikan keharmonisan rumah ekosistem kita, sebaliknya lingkungan alam yang sudah terkontaminasi dan serba tereksplorasi akan menghancurpunahkan keharmonisan ekosistem kita.

Pembangunan dan pertumbuhan manusia yang berbanding terbalik dengan bumi yang tidak pernah membesar dan tumbuh seperti manusia melahirkan disharmoni berkelanjutan. Pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk selalu tidak identik dengan perbaikan dan pelestarian lingkungan, dalam pemikitan Prof Buya Hamka, manusialah pelaku tunggal perusakan lingkungan. Manusia pulalah yang harus bertanggungjawab merekonstruksi pembangunan sumber daya alam dan ekosistem kita, membangun tetapi ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta memiliki sense of environmental etic.

Prof. Dr Emil Salim memiliki konsep bahwa pembangunan itu mesti sustainable (menopang) keberlangsungan ekosistem kita. Sustainable development konsep Prof. Emil ini hendaknya terus digiatkan secara bersama-sama dan berkelanjutan. Senapas dengan Prof Emil, pakar pendidikan Dr Wina Sanjaya (2008) menjelaskan bahwa kehidupan alam adalah sebuah sistem yang saling berkaitan dan setip komponen memiliki fungsinya, sehingga menyelesaikan tujuannya keteraturan alami. Keteraturan alami yang baik biasanya hanya ada pada area hutan yang tidak terjamah oleh tangan jail manusia, serta alat modern manusia. Hutan termasuk  sumber daya alam yang menjadi perhatian penulis yakni kelestarian hutan, hutan dalam pemahaman penulis terbagi kedalam beberapa jenis yakni;  hutan wisata, hutan cadangan, hutan produksi/industri, dan hutan lindung. Penulis tertarik dengan hutan karena berfungsi sebagai area resapan dan tampungan air untuk kita yang ada di sekitarnya.

Menurut penulis, konservasi hutan adalah wajib bagi semua warga masyarakat yang ada  di sekitar tempat tingalnya dan semua masyarakat dunia, semakin banyak upaya konservasi hutan-hutan semakin baik. Karena hutan berfungsi: (1) Sebagai paru-paru alam, Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan; (2) Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar; (3) Pencipta lingkungan hidup (ekologis); (4) Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya; (5) Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu); (6) Keindahan (estetika); (7) Kesehatan (hygiene); (8) Rekreasi dan pendidikan (edukatif); (9) Sosial politik ekonomi. Luar biasa kebermanfaatan hutan hijau kita, tidaklah heran bila hutannya  dirusak maka akan berdampak sistemik terhadap keberlangsungan hidup kita.

Dalam bahasa penulis, fungsi hutan selain hal di atas adalah sebagai "Torn Air" kolektif  yang dikonsumsi sepanjang masyarakat ada, hutan adalah "Torn Air" milik bersama jaga jangan sampai bocor dan terbalik. Dampak rusaknya torn air akan mematikan perlahan kehidupan kita, karena air adalah sumber kehidupan, bahkan spiritualitas yang kita imani mengajarkan kehidupan diciptakan dari wilayah air. Bila torn air di rumah bermasalah dampaknya adalah personal tetapi bila hutan (torn air kolektif) sudah tidak menghasilkan sumber air lagi maka masalahnya adalah sistemik. Hutan adalah paru-paru/jantung tubuh, dalam ilmu kedokteran penyakit yang mematikan diantaranya adalah di organ vital seperti; paru-paru, jantung, ginjal dll. Menjarah hutan sama dengan merusak paru-paru  dan jantung kita sendiri, membakar hutan sama dengan perokoK pada tubuh kita. Dalam tataran mikro dan personal Muhamadiyah mengatakan merokok adalah haram, maka dalam tataran makro membakar hutan adalah "pembunuhan masal" ekosistem.

Caprico A. Hidayat (2008) menuliskan gelar dari Greenpeace bahwa Indonesia adalah "perusak hutan no. 1" versi Guinness World Record di tahun 2007. Pemerintah Indonesia tidak berdaya atas rusaknya hutan di negeri ini karena merusak hutan sudah menjadi budaya, dalam arti dilakukan oleh semua lapisan dan strata di masyarakat. Menutut penulis perusakan hutan kolektif ini adalah sebuah upaya para pemalas bermental perompak yang mencari keuntungan dengan melepaskan nilai-nilai environmental ethic, kesantunan mereka (maaf) jauh berada di bawah binatang-binatang yang ada di hutan.

Upaya yang harus dilakukan KLH dengan segera dan serius dalam konservasi hutan adalah; (1) KLH harus punya TV sendiri khusus menayangkan kebermanfaatan konservasi hutan bagi manusia, serta berbagai cara memelihara hutan lindung, KLH dengan TVnya menayangkan secara gencar para penjahat lingkungan hidup agar setiap perusakan lingkungan dalam pikiran masyarakat adalah sebuah tindakan yang tak layak dan memalukan; (2) Berikan sanksi hukum yang lebih berat bagi para pelaku kejahatan hutan; (3) Galakan PAUD CILIK (Pendidikan Anak Usia Dini Cinta Lingkungan) menuju generasi cinta lingkungan; (4) Libatkan tokoh non formal masyarakat setempat untuk memediasi konservasi hutan; (5) Berikan penghargaan yang tinggi pada para pecinta hutan dengan predikat tertentu dan kesejahteraan bila perlu. Masih sangat banyak upaya pelestarian hutan yang dapat penulis tuliskan intinya adalah kepedulian semua pihak.

Sebagai kesimpulan konservasi hutan adalah suatu keniscayaan, bentuk langkah terbijaksana dalam menyelamatkan ekosistem dan sumber daya alam komoditas abadi masyarakat sekitar. Perusakan hutan sama dengan menghancurkan  pundi-pundi air di gurun pasir yang akan menghentikan perjalanan khapilah yang masih sangat jauh. Pemerintah, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, generasi muda, public figure, dan semua komponen harus memiliki empati yang sama terhadap lingkungan. Membangun mindset masyarakat cinta sangatlah sulit, tetapi sesulit apapun mesti disosialisasikan dan dilaksanakan secara berkelanjutan dan terus dievalusasi bersama. Para pejabat yang membangun villa-villa mewah di area hutan resapan air dan warga masyarakat yang melakukan penebangan liar sama dengan sedang membocorkan torn air milik bersama demi kepentingan pribadi.

Maknai spirit cinta lingkungan dari almarhum Abdul Rozak, pemenang penghargaan Kalpataru 1987, walaupun buta huruf tapi mata hati dan keluhuran jiwanya membaca apa yang dapat kita berikan untuk lingkungn dan anak cucunya kemudian. Kita generasi yang katanya cerdas dan cendikia tapi "buta huruf" untuk memahami kepentingan anak cucu kedepan. Ada spirit yang sama antara Abdul Rojak dengan Abu Bakar yang sama-sama mengorbankan harta bendanya demi sesuatu yang dianggap paling benar untuk kehidupan, bedanya yang satu demi nilai-nilai kesantunan terhadap lingkungan, satunya lagi demi  nilai-nilai spiritualitas Yang Maha Agung. Ending keduanya adalah jadi seorang pahlawan, satu pahlawan lingkungan, dan satunya lagi pahlawan agama. (*) 

 
by teakinv

0 komentar

Posting Komentar

Anda punya komentar tentang posting ini